Silakan Kunjungi Website SMP YMIK Jakarta di www.smpymik.com
Latest Post
Hari Guru Spesial, Peringatan hari Jadi PGRI Ke-70, Guru Hebat SMP YMIK, OSIS Semangat Luar Biasa
Suasana
pagi ini istimewa tepat di hari lahir persatuan guru di Indonesia,
suasana itu memang sudah terasa sejak di perjalanan. Sejak di jalan
nuansa guru sudah terlihat, banyak motor (kendaraan mayoritas para
guru) ditumpangi orang berseragam baju bercorak hitam putih bergambar
obor, yang merupakan seragam PGRI. Ya ... hari ini, Rabu 25 Nopember
2015 secara serentak di seluruh Indonesia diperingati hari guru yang ke
70 yang bertepatan dengan hari terbentuknya PGRI, hari besarnya guru
di Indonesia.
Yah, hari ini memang sangat terasa spesial yang terjadi di SMP YMIK, semua guru berseragam baju PGRI, lebih spesial lagi adalah upacara bendera dalam rangka memperingati hari guru kali ini, semua petugas upacara dilaksanakan sepenuhnya oleh guru. Bertindak sebagai pembina upacara Bpk Haris,S.Ip,M.Pd (kepala sekolah), pemimpin upacara Bpk Sutriyadi, pengibar bendera Ibu Miftahul Jannah,S.Pd, dst., pembaca UUD Bpk.Nur Hasan,S.Ag, pancasila Rojalih.S.Pd, pembaca doa Bpk Imam Supriatna, protokol Ibu Efi Damayanti.
Menjelang upacara selesai ada acara istimewa yang disutradarai oleh OSIS, sangat trenyuh dan menyentuh. Semua guru diatur baris berjajar urut sesuai kode, lalu dilantunkan lagu terima kasih guru, sejenak kemudian secara serentak dan teratur satu persatu dari OSIS maju menemui guru untuk sungkem sambil menyerahkan sepucuk bunga mawar pertanda penghormatan dan rasa terima kasih. Banyak guru dan siswa yang trenyuh hingga meneteskan air mata, sangat khidmat, khusuk dan menyentuh. Luar biasa anak-anak kita, mereka bisa menjadi apa saja bila guru mengarahkan dengan segenap hati, ketulusan dan keteladanan.
Guru adalah benar-benar tugas mulia, tugas terhormat - kalau kita menyadarinya. Kira-kira demikian yang disampaikan pemimpin dunia pendidikan saat ini, mendikdasmen RI. Mengutif sambutan Mendikdasmen Anis Baswedan di media internet stahun yang lalu, berikut petikannya :
Mengutip kata-kata bagus Laurence Peter (1986) tentang guru, mungkin bisa menjadi bahan pemikiran dan instropkesi kita : 1) Guru Biasa, "Mengatakan", 2) Guru yang Baik, "Menerangkan", 3) Guru yang Superior, "Mendemonstrasikan", 4) Guru yang Hebat, "Memberi Inspirasi". Tetaplah tegak berdiri mendidik, membimbing dan mendoakan siswa-siswi kita. Yakinlah, inilah lahan amal sholehmu. Dirgahayu PGRI, jadilah lentera ilmu, jadilah sumber inspirasi. (35336)
Yah, hari ini memang sangat terasa spesial yang terjadi di SMP YMIK, semua guru berseragam baju PGRI, lebih spesial lagi adalah upacara bendera dalam rangka memperingati hari guru kali ini, semua petugas upacara dilaksanakan sepenuhnya oleh guru. Bertindak sebagai pembina upacara Bpk Haris,S.Ip,M.Pd (kepala sekolah), pemimpin upacara Bpk Sutriyadi, pengibar bendera Ibu Miftahul Jannah,S.Pd, dst., pembaca UUD Bpk.Nur Hasan,S.Ag, pancasila Rojalih.S.Pd, pembaca doa Bpk Imam Supriatna, protokol Ibu Efi Damayanti.
Menjelang upacara selesai ada acara istimewa yang disutradarai oleh OSIS, sangat trenyuh dan menyentuh. Semua guru diatur baris berjajar urut sesuai kode, lalu dilantunkan lagu terima kasih guru, sejenak kemudian secara serentak dan teratur satu persatu dari OSIS maju menemui guru untuk sungkem sambil menyerahkan sepucuk bunga mawar pertanda penghormatan dan rasa terima kasih. Banyak guru dan siswa yang trenyuh hingga meneteskan air mata, sangat khidmat, khusuk dan menyentuh. Luar biasa anak-anak kita, mereka bisa menjadi apa saja bila guru mengarahkan dengan segenap hati, ketulusan dan keteladanan.
Guru adalah benar-benar tugas mulia, tugas terhormat - kalau kita menyadarinya. Kira-kira demikian yang disampaikan pemimpin dunia pendidikan saat ini, mendikdasmen RI. Mengutif sambutan Mendikdasmen Anis Baswedan di media internet stahun yang lalu, berikut petikannya :
Menjadi guru bukanlah pengorbanan. Menjadi guru adalah sebuah kehormatan. Ibu dan Bapak Guru telah memilih jalan terhormat, memilih hadir bersama anak-anak kita, bersama para pemilik masa depan Indonesia. Ibu dan Bapak Guru telah mewakili kita semua menyiapkan masa depan Indonesia.Akhirnya, marilah kita maknai hari guru ini sebagai momen untuk bangkit, untuk bangun dan berubah menjadi sosok guru yang benar-benar sesuai harapan siswa. Kita pasti bisa, kalau kita mau. Yang dibutuhkan adalah berpikir positif, berkata positif, bersikap positif dan bertindak positif. Jangan apriori, jangan berprasangka dan berkesimpulan negatif. Lakukan saja yang terbaik yang bisa dilakukan. Banyak harapan siswa yang digantungkan pada kita, guru. Dorong, bimbing, rangkul dan ajak siswa untuk maju dan senanntiasa memberi motivasi - semangat untuk meraih masa depan mereka, masa depan keluarga mereka, masa depan masyarakat mereka, masa depan negara mereka .... Indonesia. Selamat bekerja, selamat berkarya, semoga sukses selalu.
Potret Indonesia hari ini adalah potret hasil dunia pendidikan di masa lalu. Potret dunia pendidikan hari ini adalah potret Indonesia masa depan. Jadikan rumah kita dan sekolah kita menjadi zona berkarakter mulia. Izinkan anak-anak kita merasakan rumah yang membawa nilai kejujuran. Izinkan anak-anak kita merasakan sekolah yang guru-gurunya adalah teladan. Biarkan anak-anak kita mengingat Kepala Sekolahnya dan seluruh Tenaga Kependidikan di sekolahnya sebagai figur-figur bersih dan terpuji karakternya.
Karakter memang tidak cukup diajarkan melalui lisan dan tulisan. Karakter diajarkan melalui teladan. Oleh karena itu, Ibu dan Bapak Guru yang saya muliakan, jadilah figur-figur yang diteladani oleh murid-murid dan lingkungannya.
Mengutip kata-kata bagus Laurence Peter (1986) tentang guru, mungkin bisa menjadi bahan pemikiran dan instropkesi kita : 1) Guru Biasa, "Mengatakan", 2) Guru yang Baik, "Menerangkan", 3) Guru yang Superior, "Mendemonstrasikan", 4) Guru yang Hebat, "Memberi Inspirasi". Tetaplah tegak berdiri mendidik, membimbing dan mendoakan siswa-siswi kita. Yakinlah, inilah lahan amal sholehmu. Dirgahayu PGRI, jadilah lentera ilmu, jadilah sumber inspirasi. (35336)
Guru * Oleh Sity Masripah, S.Pd.I
GURU
(oleh Sity Masripah, S.Pd.I)
Guru, melalui kata kau ajarkan aku
Guru, melalui sikap kau bimbing aku
(oleh Sity Masripah, S.Pd.I)
Guru, melalui kata kau ajarkan aku
Guru, melalui sikap kau bimbing aku
Ku tahu, kau sedikit lelah ajarkan aku
Ku tahu, kau sedikit bosan bimbing aku
Namun, kau hapus semua rasa itu dengan segala kasih sayangmu
Guru, maafkan aku yang kadang abaikan ajaranmu
Guru, maafkan aku yang kadang acuhkan bimbinganmu
Ku tahu, ajaranmu mengubah pengetahuanku
Ku tahu, bimbinganmu mengubah sikapku
Karenanya, do'aku "berkah Allah ada dalam segala jasamu."
Ku tahu, kau sedikit bosan bimbing aku
Namun, kau hapus semua rasa itu dengan segala kasih sayangmu
Guru, maafkan aku yang kadang abaikan ajaranmu
Guru, maafkan aku yang kadang acuhkan bimbinganmu
Ku tahu, ajaranmu mengubah pengetahuanku
Ku tahu, bimbinganmu mengubah sikapku
Karenanya, do'aku "berkah Allah ada dalam segala jasamu."
Cerpen "HARI PERTAMA" * Oleh Sity Masripah, S.Pd.I
HARI PERTAMA
(oleh Sity Masripah, S.Pd.I)
Sedikit berat langkah kakiku memasuki ruang kelas yang begitu asing bagiku, terlihat berbeda memang dengan kelasku kemarin, bukan hanya kelas yang masih asing, orang-orang yang kutemuipun masih asing terlihat. Karena ini adalah hari pertamaku di sekolah.
Setelan baju seragam yang ku pakai sudah berubah, rasanya belum lama ini setelan seragam yang ku pakai adalah kemeja putih dengan bawahan rok merah ditambah atribut dasi merah dan topi merah. Sedikit ada rasa bangga hari ini, masih dengan kemeja putih rapih namun kini di balut dengan bawahan rok berwarna biru atribut dasi biru kusematkan dengan rapi di sela-sela kerah bajuku, rambut panjang lurus kuikat dengan rapi kini ditutupi topi biru. Bangga rasanya kini aku bukan anak SD lagi tapi sudah masuk jenjang SMP.
Ya SMP, Sekolah Menengah Pertama, kini ku memasuki jenjang pendidikan baru. Berterima kasihku kepada orang tuaku yang dengan susah payah membanting tulang mencari nafkah untuk membiayai sekolahku demi kehidupan layakku di kemudian hari.
Hari pertamaku di sekolah, di mulai dengan upacara bendera sekaligus pembukaan untuk massa orientasi siswa baru. Canggung rasanya berdiri berbaris rapi di lapangan upacara dengan teman-teman yang belum ku kenal sebelumnya, walaupun begitu kami ikuti upacara tersebutdengan khidmat.
Pembina upacara hari itu adalah kepala sekolah, dengan wibawa beliau menyampaikan ucapan terima kasih dan selamat datang kepada seluruh murid baru di sela-sela amanat upacaranya, sedikit memberi gambaran bahwa tingkat belajar di SMP berbeda ketika bersekolah di SD. Beliau juga berpesan untuk selalu lebih giat dalam belajar.
Mungkin beliaulah guru pertama yang aku kenal di sekolah ini, namun juga tak kalah wibawanya guru-guru yang mengajar di sekolah ini, terlihat dari setelan seragam safari/blazzer yang mereka kenakan begitu rapi terlihat.
Bersyukurku kepada Allah memberikanku kesempatan untuk bisa bersekolah, berterima kasihku kepada orang tuaku atas kerja kerasnya. Terima kasih pula ku ucapkan kepada seluruh guru-guruku yang dengan sabar mengajarkanku berbagai macam ilmu pengetahuan, ku tahu pula guru-guruku bukan hanya sekedar mengajar tapi juga membimbing siswanya mengenai hal-hal kebaikan dan keburukan, hingga kami bisa membedakan mana yang harus di kerjakan dan mana yang harus di tinggalkan.
Di hari pertama kami sekolah, sudah terlihat bimbinganmu guru-guru. Kami di ajarkan bagaimana tata tertib yang harus di patuhi dan di jalankan. Gelar Pahlawan tanpa tanda jasa memang patut engkau sandang guru-guruku, karena berkatmulah kami bisa mengerti segala hal tanpa menuntut apapun dari kami, kalian hanya berharap agar kami selalu mendapat nilai yang terbaik hingga kelulusan kami dan melihat kami akhirnya menjadi orang sukses yang bisa membanggakan kalian, yang dengan sabar dan bersusah payah mengajar dan membimbing kami. Sekali lagi kami ucapkan terima kasih kepada seluruh guru-guru, terutama di hari spesial ini ku ucapkan "Selamat Hari Guru".
(oleh Sity Masripah, S.Pd.I)
Sedikit berat langkah kakiku memasuki ruang kelas yang begitu asing bagiku, terlihat berbeda memang dengan kelasku kemarin, bukan hanya kelas yang masih asing, orang-orang yang kutemuipun masih asing terlihat. Karena ini adalah hari pertamaku di sekolah.
Setelan baju seragam yang ku pakai sudah berubah, rasanya belum lama ini setelan seragam yang ku pakai adalah kemeja putih dengan bawahan rok merah ditambah atribut dasi merah dan topi merah. Sedikit ada rasa bangga hari ini, masih dengan kemeja putih rapih namun kini di balut dengan bawahan rok berwarna biru atribut dasi biru kusematkan dengan rapi di sela-sela kerah bajuku, rambut panjang lurus kuikat dengan rapi kini ditutupi topi biru. Bangga rasanya kini aku bukan anak SD lagi tapi sudah masuk jenjang SMP.
Ya SMP, Sekolah Menengah Pertama, kini ku memasuki jenjang pendidikan baru. Berterima kasihku kepada orang tuaku yang dengan susah payah membanting tulang mencari nafkah untuk membiayai sekolahku demi kehidupan layakku di kemudian hari.
Hari pertamaku di sekolah, di mulai dengan upacara bendera sekaligus pembukaan untuk massa orientasi siswa baru. Canggung rasanya berdiri berbaris rapi di lapangan upacara dengan teman-teman yang belum ku kenal sebelumnya, walaupun begitu kami ikuti upacara tersebutdengan khidmat.
Pembina upacara hari itu adalah kepala sekolah, dengan wibawa beliau menyampaikan ucapan terima kasih dan selamat datang kepada seluruh murid baru di sela-sela amanat upacaranya, sedikit memberi gambaran bahwa tingkat belajar di SMP berbeda ketika bersekolah di SD. Beliau juga berpesan untuk selalu lebih giat dalam belajar.
Mungkin beliaulah guru pertama yang aku kenal di sekolah ini, namun juga tak kalah wibawanya guru-guru yang mengajar di sekolah ini, terlihat dari setelan seragam safari/blazzer yang mereka kenakan begitu rapi terlihat.
Bersyukurku kepada Allah memberikanku kesempatan untuk bisa bersekolah, berterima kasihku kepada orang tuaku atas kerja kerasnya. Terima kasih pula ku ucapkan kepada seluruh guru-guruku yang dengan sabar mengajarkanku berbagai macam ilmu pengetahuan, ku tahu pula guru-guruku bukan hanya sekedar mengajar tapi juga membimbing siswanya mengenai hal-hal kebaikan dan keburukan, hingga kami bisa membedakan mana yang harus di kerjakan dan mana yang harus di tinggalkan.
Di hari pertama kami sekolah, sudah terlihat bimbinganmu guru-guru. Kami di ajarkan bagaimana tata tertib yang harus di patuhi dan di jalankan. Gelar Pahlawan tanpa tanda jasa memang patut engkau sandang guru-guruku, karena berkatmulah kami bisa mengerti segala hal tanpa menuntut apapun dari kami, kalian hanya berharap agar kami selalu mendapat nilai yang terbaik hingga kelulusan kami dan melihat kami akhirnya menjadi orang sukses yang bisa membanggakan kalian, yang dengan sabar dan bersusah payah mengajar dan membimbing kami. Sekali lagi kami ucapkan terima kasih kepada seluruh guru-guru, terutama di hari spesial ini ku ucapkan "Selamat Hari Guru".
GURU; MENEGAKKAN BENANG BASAH DAN KUSUT
GURU; MENEGAKKAN BENANG BASAH DAN KUSUT
Tulisan ini terkhusus untuk pengabdian guru, terutama dalam momentum hari guru 25 November 2015. Sepintas jika difahami judul tulisanini memang se-akan mustahil benang basah untuk ditegakkan, tetapi itulah tugas seorang guru bagaimana yang mustahil itu menjadi kenyata’an. Kalau pun benang basah itu bisa ditegakkan, maka butuh kerja keras, butuh teknik, butuh kesabaran, dan segala upaya lainnya. Tulisan ini bermaksud mengurai bagaimana jasa besar seorang guru, kerja kerasnya, dan keikhlasannya dalam mendidik anak bangsa yang umpamakan sebagai penegak benang basah.
Semua orang pasti tau, bagaimana sifat sehelai benang, lemas-lunglai dan tak berdaya. Ia tidak akan bisa bermanfaat, atau tidak akan bisa berdiri sendiri, kalau tidak ada yang membantunya dalam bingkai jahitan baju yang kelak tersusun rapi, elok dan berguna untuk diri dan orang lain. Apalagi jika benang itu basah, maka semakin berat untuk membuat ia dapat digunakan, butuh daya upaya yang keras untuk ia bisa dipintal dalam sebuah jahitan atau tenunan yang Indah. Benang sudah basah ditambah kusut, wah itu pasti repot untuk dimanfaatkan, bahkan kebanyakan memilih untuk dibuang saja, karena hampir tidak ada gunanya, dan butuh waktu lama untuk bisa teruarai dan dapat digunakan dalam jahitan dan tenunan. Benang basah dan kusut itulah murid, peserta didik, siswa/i yang setiap pagi dijumpai guru, setiap hari ditemani untuk mendapatkan pengetahuan sebagai modal hidup.
SOSOK PENEGAK BENANG BASAH
Tut wuri handayani”, atau aslinya: ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Ki Hajar Dewantara
Kutipan petuah Ki Hajar terkait konsepsi dan praksis pendidikan di masyarakat di atas selalu menempel lekat dalam hati dan pikiran para pelaku pendidikan di Indonesia, terutama bagi para guru. Dengan bahasa sansekerta beliau seakan menegaskan bahwa bangsa Indonesia memiliki bahasa tertentu yang kaya akan makna. Kalau petuah tersebut disingkronkan dengan konsep pendidikan di abad modern dan post modern memang masih sangat relevan. Perubahan kurikulum dengan seperangkat paradigma yang menitikberatkan peran guru, posisi murid, karakter, nilai etika, dan lainnya sebagainya seakan selalu terangkam dalam isi dari petuah tersebut. Artinya petuah tersebut tentu selalu menjadi spirit setiap perubahan konsepsi pendidikan di Indonesia.
Guru: Tut Wuri Handayani
Petuah tersebut memberikan makna bahwa seorang guru adalah motifator bagi muridnya, medorong dan memberikan arahan untuk sukses dalam pengalaman belajar. Hal ini dalam konsep pendidikan kekinian mengisyaratkan posisi guru sebagai fasilitator muridnya, yang bertugas menggiring siswa untuk menemukan pengetahuan secara mandiri (student center), sehingga pengetahuan yang diterima oleh siswa dapat menumbuhkan kesadaran jiwa untuk bertindak secara bijak dan menimbulkan sikap baik untuk kebaikan.
Guru: Ing Madya Mangun Karsa
Petuah ini merupakan nilai esensial seorang guru, bagaimana kompetensi pengetahuan seorang guru terukur. Karena ungkapan ini menekankan bagaimana keberadaan seorang guru di tengah, bagi dan atau di antara muridnya, dapat menciptakan prakarsa dan ide yang inovatif. Pada akhirnya kemampuan itu dapat tertransformasi kepada siswa dengan baik, dan dapat mewarnai ethic siswa dalam kehidupan sehari. Dalam kontek ini Guru selain sebagai figur yang melakukan tranformasi ilmu, dia juga harus mampu melakukan inovasi untuk pengembangan pengetahuan.
Guru: Ing Ngarsa Sung Tulada
Pepatah mengatakan “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, artinya guru adalah teladan bagi muridnya. Teladan dalam ucapan, perbuatan, dan laku sosial. Itulah makna petuah KI Hajar “Ing Ngarso Sung Tulada”, artinya guru harus bisa menjadi tauladan bagi siswa, tidak hanya ketika berada di sekolah, tapi juga konsisten dengan laku positif di luar sekolah. Teladan adalah pancaran dari proses ethic positif yang tidak bisa direkayasa. Karena teladan adalah nilai esensial dari keikhlasan dalam berniat, berkata, dan berprilaku. Guru profesional adalah figure idola bagi siswa dimana pun, kapan pun, dan untuk siapapun.
BENANG BASAH AKAN TEGAK
Betapa pentingnya posisi seorang guru dalam aktifitas pendidikan, terutama dalam membentuk karakter mulia muridnya. Mungkin kadang jasa sang guru dilupakan ketika langkah sang murid sudah “tegak”. Tapi sang guru akan tetap mengnang dengan ketulusan dan keikhlasan. Bahkan merasa bahagian jika benang itu tegak menjulang ke langit mengalahkan sang empuhnya.
Sejak lama Empu Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara mengisyaratkan posisi guru, jasa guru, melalui petuah-petuah dengan bahasa sansekerta. Guru bukan sekedar mengajarkan keilmuan tertentu, tapi dia juga harus dapat menjadi instrument perekat nilai-nilai kebangsaan, nasionalisme, cinta tanah air, nilai religiusitas dan spritualitas. Selain itu juga Guru harus menjadi tauladan bagi siswa, menjadi orang tua yang selalu membimbing anaknya, menjadi problem solver dalam setiap sumbatan pengetahuan dan wacana bagi orang-orang di sekitanya. Di sini lah nilai esensial Guru sebagai pokoguru pendidikan di Indonesia. Berfikir, berdzikir, beramal sholeh, serta mengabdi kepada masyarakat adalah nilai yang harus ada tertanam dalam sanubari seorang Sokoguru, begitulah KI Hajar Dewantara membangnun konsepsi pendidikan di bumi Nusantara.
Tulisan ini terkhusus untuk pengabdian guru, terutama dalam momentum hari guru 25 November 2015. Sepintas jika difahami judul tulisanini memang se-akan mustahil benang basah untuk ditegakkan, tetapi itulah tugas seorang guru bagaimana yang mustahil itu menjadi kenyata’an. Kalau pun benang basah itu bisa ditegakkan, maka butuh kerja keras, butuh teknik, butuh kesabaran, dan segala upaya lainnya. Tulisan ini bermaksud mengurai bagaimana jasa besar seorang guru, kerja kerasnya, dan keikhlasannya dalam mendidik anak bangsa yang umpamakan sebagai penegak benang basah.
Semua orang pasti tau, bagaimana sifat sehelai benang, lemas-lunglai dan tak berdaya. Ia tidak akan bisa bermanfaat, atau tidak akan bisa berdiri sendiri, kalau tidak ada yang membantunya dalam bingkai jahitan baju yang kelak tersusun rapi, elok dan berguna untuk diri dan orang lain. Apalagi jika benang itu basah, maka semakin berat untuk membuat ia dapat digunakan, butuh daya upaya yang keras untuk ia bisa dipintal dalam sebuah jahitan atau tenunan yang Indah. Benang sudah basah ditambah kusut, wah itu pasti repot untuk dimanfaatkan, bahkan kebanyakan memilih untuk dibuang saja, karena hampir tidak ada gunanya, dan butuh waktu lama untuk bisa teruarai dan dapat digunakan dalam jahitan dan tenunan. Benang basah dan kusut itulah murid, peserta didik, siswa/i yang setiap pagi dijumpai guru, setiap hari ditemani untuk mendapatkan pengetahuan sebagai modal hidup.
SOSOK PENEGAK BENANG BASAH
Tut wuri handayani”, atau aslinya: ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Ki Hajar Dewantara
Kutipan petuah Ki Hajar terkait konsepsi dan praksis pendidikan di masyarakat di atas selalu menempel lekat dalam hati dan pikiran para pelaku pendidikan di Indonesia, terutama bagi para guru. Dengan bahasa sansekerta beliau seakan menegaskan bahwa bangsa Indonesia memiliki bahasa tertentu yang kaya akan makna. Kalau petuah tersebut disingkronkan dengan konsep pendidikan di abad modern dan post modern memang masih sangat relevan. Perubahan kurikulum dengan seperangkat paradigma yang menitikberatkan peran guru, posisi murid, karakter, nilai etika, dan lainnya sebagainya seakan selalu terangkam dalam isi dari petuah tersebut. Artinya petuah tersebut tentu selalu menjadi spirit setiap perubahan konsepsi pendidikan di Indonesia.
Guru: Tut Wuri Handayani
Petuah tersebut memberikan makna bahwa seorang guru adalah motifator bagi muridnya, medorong dan memberikan arahan untuk sukses dalam pengalaman belajar. Hal ini dalam konsep pendidikan kekinian mengisyaratkan posisi guru sebagai fasilitator muridnya, yang bertugas menggiring siswa untuk menemukan pengetahuan secara mandiri (student center), sehingga pengetahuan yang diterima oleh siswa dapat menumbuhkan kesadaran jiwa untuk bertindak secara bijak dan menimbulkan sikap baik untuk kebaikan.
Guru: Ing Madya Mangun Karsa
Petuah ini merupakan nilai esensial seorang guru, bagaimana kompetensi pengetahuan seorang guru terukur. Karena ungkapan ini menekankan bagaimana keberadaan seorang guru di tengah, bagi dan atau di antara muridnya, dapat menciptakan prakarsa dan ide yang inovatif. Pada akhirnya kemampuan itu dapat tertransformasi kepada siswa dengan baik, dan dapat mewarnai ethic siswa dalam kehidupan sehari. Dalam kontek ini Guru selain sebagai figur yang melakukan tranformasi ilmu, dia juga harus mampu melakukan inovasi untuk pengembangan pengetahuan.
Guru: Ing Ngarsa Sung Tulada
Pepatah mengatakan “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, artinya guru adalah teladan bagi muridnya. Teladan dalam ucapan, perbuatan, dan laku sosial. Itulah makna petuah KI Hajar “Ing Ngarso Sung Tulada”, artinya guru harus bisa menjadi tauladan bagi siswa, tidak hanya ketika berada di sekolah, tapi juga konsisten dengan laku positif di luar sekolah. Teladan adalah pancaran dari proses ethic positif yang tidak bisa direkayasa. Karena teladan adalah nilai esensial dari keikhlasan dalam berniat, berkata, dan berprilaku. Guru profesional adalah figure idola bagi siswa dimana pun, kapan pun, dan untuk siapapun.
BENANG BASAH AKAN TEGAK
Betapa pentingnya posisi seorang guru dalam aktifitas pendidikan, terutama dalam membentuk karakter mulia muridnya. Mungkin kadang jasa sang guru dilupakan ketika langkah sang murid sudah “tegak”. Tapi sang guru akan tetap mengnang dengan ketulusan dan keikhlasan. Bahkan merasa bahagian jika benang itu tegak menjulang ke langit mengalahkan sang empuhnya.
Sejak lama Empu Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara mengisyaratkan posisi guru, jasa guru, melalui petuah-petuah dengan bahasa sansekerta. Guru bukan sekedar mengajarkan keilmuan tertentu, tapi dia juga harus dapat menjadi instrument perekat nilai-nilai kebangsaan, nasionalisme, cinta tanah air, nilai religiusitas dan spritualitas. Selain itu juga Guru harus menjadi tauladan bagi siswa, menjadi orang tua yang selalu membimbing anaknya, menjadi problem solver dalam setiap sumbatan pengetahuan dan wacana bagi orang-orang di sekitanya. Di sini lah nilai esensial Guru sebagai pokoguru pendidikan di Indonesia. Berfikir, berdzikir, beramal sholeh, serta mengabdi kepada masyarakat adalah nilai yang harus ada tertanam dalam sanubari seorang Sokoguru, begitulah KI Hajar Dewantara membangnun konsepsi pendidikan di bumi Nusantara.
Mari Mengeluarkan sebagian rezekinya di Jalan Allah...
“Siapakah
yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipatganda yang banyak”. (Al-Baqarah: 245)
Panitia pembangunan Masjid Baitul Ilmi' membuka peluang bagi Anda, Saudara/I untuk mengeluarkan sebahagian dari rezekinya di jalan Allah, melalui Masjid Baitul Ilmi semoga Allah senantiasa memberikan limpahan rahmat dan pahala yang tiada putus.
Rekening Donasi:
Panitia pembangunan Masjid Baitul Ilmi' membuka peluang bagi Anda, Saudara/I untuk mengeluarkan sebahagian dari rezekinya di jalan Allah, melalui Masjid Baitul Ilmi semoga Allah senantiasa memberikan limpahan rahmat dan pahala yang tiada putus.
Rekening Donasi:
————————————————————
BANK Mandiri, Rek. No.118-00-09-76215-3 a.n Apit
Mandiri Syariah, Rek.No : 709.29008.88 a.n Apit
BNI, Rek. No : 0410570565 a.n Apit
Panitia Pembangunan Masjid
Baitul Ilmi' SMP-SMK YMIK JAKARTA
BANK Mandiri, Rek. No.118-00-09-76215-3 a.n Apit
Mandiri Syariah, Rek.No : 709.29008.88 a.n Apit
BNI, Rek. No : 0410570565 a.n Apit
Panitia Pembangunan Masjid
Baitul Ilmi' SMP-SMK YMIK JAKARTA
Selamat Hari Bela Negara, 19 Desember 2015
[Jakarta], 19 Desember 2015
Selamat Hari Bela Negara
Hari Bela Negara atau HBN adalah hari bersejarah Indonesia yang jatuh pada tanggal 19 Desember untuk memperingati deklarasi Pemerintahan Darurat Republik Indonesia oleh Mr. Sjafruddin Prawiranegara di Sumatera Barat pada tahun 19 Desember 1948.
Selamat Hari Bela Negara
Hari Bela Negara atau HBN adalah hari bersejarah Indonesia yang jatuh pada tanggal 19 Desember untuk memperingati deklarasi Pemerintahan Darurat Republik Indonesia oleh Mr. Sjafruddin Prawiranegara di Sumatera Barat pada tahun 19 Desember 1948.
*Seberapa besarkah cinta kalian terhadap Negara INDONESIA ???
"Mari Tanamkan rasa cinta dan bela negara pada diri kita"
"Mari Tanamkan rasa cinta dan bela negara pada diri kita"